Minggu, 04 November 2018

Pojok artikel ilmiah "Mitos dan Fakta masa kehamilan"

 

Pojok Artikel Ilmiah

Mitos dan Fakta masa kehamilan

Oleh

Chanty Yunie HR, SST,Mkes

 Dosen Tetap D III Kebidanan

 

Sebagai salah satu kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang terintegrasi dengan mata kuliah yang diampu dapat dilihat dari pengembangan capaian pembelajaran mahasiswa yaitu memahami tentang mitos dan fakta pada fase kehamilan.

Pada awal prasejarah kemampuan manusia masih terbatas, baik keterbatasan pada peralatan maupun keterbatasan pemikiran. Keterbatasan itu menyebabkan pengamalan menjadi kurang seksama, dan cara pemikiran yang sederhana menyebabkan hasil pemecahan masalah memberikan kesimpulan yang kurang tepat, hal inilah penyebab kenapa mitos di masyarakat berkembang dan cenderung diyakini. Sebagai bidan atau tenaga kesehatan lainnya tentunya ini menjadi salah satu kewajiban kita untuk melakukan edukasi kesehatan agar mitos yang merugikan kesehatan ibu hamil yang merugikan dapat dicegah sehingga membentuk perilaku yang sehat

Kehamilan adalah fase kehidupan yang dari mulai masa konsepsi sampai dengan lahirnya janin, di fase ini masyarakat banyak sekali mitos yang berkembang pada masyarakat baik itu larangan atau pantangan, mari kita kenali mitos pada masa kehamilan berikut ini

1. Mitos jenis kelamin bayi berdasarkan bentuk perut dan denyut jantung janin

Ibu hamil yang perutnya melebar ke samping akan memiliki bayi perempuan, sedangkan jika meruncing ke depan akan memiliki bayi laki-laki. Dikatakan juga bahwa jika detak jantung janin di atas 140 per menit, maka jenis kelaminnya adalah perempuan. Sedangkan jika detak jantungnya kurang dari 140 per menit, maka ia berjenis kelamin laki-laki.

Faktanya?

Bentuk perut ibu hamil tidak dapat dijadikan penentu jenis kelamin bayi di dalam kandungan. Selain itu, belum ada bukti ilmiah yang mendukung teori penentuan jenis kelamin bayi berdasarkan denyut jantung janin. Detak jantung janin yang normal adalah antara 120 - 160 kali per menit. Denyut jantung janin bisa berbeda setiap kali pemeriksaan kehamilan rutin. Hal ini dikarenakan denyut jantung janin dipengaruhi oleh usia kehamilan dan aktivitas janin pada saat pemeriksaan.

Untuk mengetahui jenis kelamin bayi di dalam kandungan, dapat dilakukan pemeriksaan USG kehamilan saat usia kehamilan sudah lebih dari 18 minggu.

2. Mitos melihat gerhana bulan ketika hamil

Bila ibu hamil melihat gerhana bulan, bayi di dalam kandungannya akan lahir dengan kondisi bibir sumbing.

Faktanya?

Bibir sumbing terjadi karena adanya kelainan genetik, infeksi selama hamil, kekurangan nutrisi tertentu, misalnya asam folat, atau kebiasaan merokok saat hamil. Jadi, bibir sumbing pada bayi tidak memiliki keterkaitan apa pun dengan bulan.

 

3. Mitos wanita hamil sebaiknya tidak mandi terlalu sering

Konon, ibu hamil tidak boleh mandi terlalu sering, karena kotoran yang ada di air akan meresap ke dalam tubuh ibu dan membuat bayi terkontaminasi.

Faktanya?

Mitos tersebut jelas tidak benar. Bayi terlindungi oleh selaput lendir dan ketuban yang membungkus rahim, sehingga kotoran dari luar tubuh ibu tidak akan sampai ke tubuh bayi.

4. Mitos ibu hamil makan untuk dua orang

Banyak orang yang menganjurkan agar ibu hamil makan lebih banyak. Katanya, ibu hamil harus makan untuk porsi dua orang.

Faktanya?

Pada saat hamil, wanita hanya membutuhkan kalori tambahan sebesar 300 kalori per hari untuk menunjang pertumbuhan bayi. Kalori ekstra ini bisa didapatkan dari segelas susu skim dan 60 gram keju atau 4 porsi sayur dan buah. Jadi, jangan sampai Anda menambahkan kalori secara berlebihan. Selain dapat menyebabkan obesitas yang bisa berdampak buruk pada kehamilan, Anda juga akan kesulitan untuk membuang kalori dan menurunkan berat badan setelah melahirkan.

5. Mitos larangan naik pesawat ketika hamil

Naik pesawat akan meningkatkan risiko terjadinya komplikasi kehamilan akibat radiasi, baik dari mesin pemindai di bandara maupun karena ketinggian.

Faktanya?

Mesin pemeriksa yang menggunakan sinar-X di bandara dan pesawat yang terbang pada ketinggian tertentu memang memancarkan radiasi. Namun, tingkat radiasi tersebut terbilang sangat kecil dan tidak cukup untuk menembus masuk ke dalam tubuh, sehingga tidak akan mengganggu bayi yang ada di dalam kandungan.

6.  Mitos berhubungan intim saat hamil

Berhubungan seksual saat hamil dapat membahayakan kehamilan dan janin di dalam kandungan.

Faktanya?

Hubungan seksual tidak akan membahayakan bayi di dalam kandungan karena bayi terlindung oleh kantong dan cairan ketuban, otot rahim yang kuat, serta lapisan lendir tebal di mulut rahim. Orgasme juga tidak menyebabkan keguguran karena kontraksi otot pada saat orgasme berbeda dengan kontraksi ketika melahirkan.

Namun bagi ibu hamil yang berisiko mengalami keguguran atau persalinan prematur, dan ibu hamil dengan perdarahan dari vagina tanpa sebab yang jelas, disarankan untuk berkonsultasi dahulu dengan dokter. Kemungkinan dokter akan menganjurkan untuk tidak melakukan hubungan seksual dulu selama beberapa waktu.

Sebenarnya, hal yang perlu diwaspadai ibu hamil dalam melakukan hubungan seks adalah penyakit menular seksual, seperti HIV, klamidia, kutil, atau herpes. Jika ibu hamil terinfeksi penyakit tersebut, maka besar kemungkinan bayi akan terinfeksi juga.

7. Mitos nyeri ulu selama hamil berhubungan dengan ketebalan rambut janin

Konon, jika ibu hamil mengalami nyeri ulu hati alias heartburn selama masa kehamilan, maka janin akan terlahir dengan rambut tebal.

Faktanya?

Jawabannya mungkin saja iya. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa ketika wanita hamil mengalami nyeri ulu hati yang cukup berat, janin yang dilahirkan cenderung akan memiliki rambut tebal.

Para peneliti menduga hal ini ada kaitannya dengan hormon kehamilan yang berperan terhadap pertumbuhan rambut janin, namun juga menyebabkan nyeri ulu hati pada ibu hamil. Walau demikian, masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memastikan hubungan antara keduanya.