Jumat, 03 Januari 2020
TRADISI NUJUH BULANAN DALAM KESEHATAN
TRADISI NUJUH BULANAN DALAM KESEHATAN OLEH : Chanty YH, SST, M.Kes Dosen Program Studi Diploma III Kebidanan STIKes Respati Tasikmalaya Alamat email : chanty.yunie@gmail.com |
|
||||
Kata “kebudayaan” berasal dari (bahasa
sansekerta) buddhayah yang
merupakan bentuk jamak kata “buddhi”
yang berarti budi atau akal. Kebudayaan diartikan sebagai “hal-hal yang
bersangkutan dengan budi atau akal”.
Menurut EB Tylor mendefinisikan kebudayaan adalah kompleks yang mencakup
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan
lain kemampuan – kemampuan serta kebiasaan - kebiasaan yang didapatkan oleh
manusia sebagai anggota masyarakat.
Melakukan Ritual nujuh bulanan (khusus pada
kehamilan pertama), Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, Diantara kebudayaan maupun adat
istiadat, ada kebiasaan yang merugikan dan ada juga yang menguntungkan bagi
status kesehatan ibu hamil.
Dari tradisi nujuh bulanan ini agar masyarakat
dapat mengetahui dari beberapa unsur yang mempengaruhi dalam oleh ilmu
pengetahuan sosial budaya yang kurang sehingga timbulah mitos yang sering kali
kita temui bahkan dipercayai dalam kehidupan sehari-hari. Saat seorang wanita
suku jawa mengandung pertama kali dan usia kandungannya sudah mencapai tujuh
bulan, mereka akan melakukan semacam ritual selamatan yang disebut Mitoni/Tingkeba
yang berarti Tutup. Hakekat mitoni
ini adalah mendoakan calon bayi serta ibu yang mengandungnya agar sehat selamat
saat kelahiran nanti (Raffles, 2014).
Dalam
tradisi Sunda tidak hanya upacara nujuh bulanan yang sudah menjadi tradisi
tetapi ada juga upacara empat bulanan hampir sama seperti nujuh bulanan namun
kini upacara tersebut sudah jarang dilaksanakan mungkin hanya segelintir orang
saja yang masih menjalankan tradisi tersebut. Pada kenyataannya tradisi nujuh
bulanan ternyata tidak hanya terdapat pada suku sunda saja melainkan di suku
jawa pun terdapat tradisi semacam ini. Tujuan nya sama hanya saja cara dan
prosesinya sedikit berbeda.
Nujuh
bulanan dapat dilakukan oleh masyarakat dengan kegiatan-kegiatan yang positif
yang tidak melukai ibu dan bayinya selama dalam kandungan, nujuh bulanan
biasanya di lakukan dengan acara : Dibuka dengan pengajian ayat-ayat suci
alquran, Siraman, memasukan kelapa gading ke dalam gentong, dan acara yang
terakhir yaitu dengan pembagian rujak.
Nujuh
bulanan adalah sebagai pewaris budaya lokal tersebut. Budaya nujuh
bulanan kita jadikan nasional bahkan global. Budaya lokal digali kembali,
diteruskan, dan diakui sebagai milik nasional. Selain itu, untuk memenuhi
perasaan batin terhadap makna dalam ritual tradisi nujuh bulanan kita
juga harus bercermin pada kehidupan nenek moyang yang mencintai alam,
memeliharanya, dan melestarikannya sebagai perwujudan untuk menghargai
kelangsungan hidup manusia selama memanfaatkan alam. Jadi sebagai masyarakat
Jawa Barat tradisi nujuh bulanan dapat dilakukan sesuai dengan adat yang ada di
daerah masing-masing yang sesuai susuai dengan kebutuhannya.
Kamis, 02 Januari 2020
Kenali Risiko Diabetes Millitus pada Usia Remaja
Kenali
Risiko Diabetes Millitus pada Usia Remaja

Oleh
:
Wuri
Ratna Hidayani, S.KM., M.Sc
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memprediksikan kenaikan jumlah
penyandang diabetes di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar
21,3 juta pada tahun 2030. Laporan statistik dari Internasional Diabetic
Federation (IDF) menyebutkan ada sekitar 230 juta penderita diabetes. Angka
tersebut terus bertambah hingga 3% atau sekitar 7 juta orang setiap tahunnya. penderita
diabetes mellitus usia 20-79 tahun pada tahun 2010 di Indonesia berjumlah 7,0
milyar. Jumlah penderita diabetes diperkirakan akan mencapai 350 juta pada
tahun 2025. Setengah dari angka tersebut berada di Asia, terutama India, China,
Pakistan dan Indonesia (Syafey, 2012). Remaja merupakan investasi penerus
pembangunan bangsa sehingga perlu mengenal risiko diabetes melitus seperti pola
gaya hidup yang tidak sehat, kurang aktivitas fisik, obesitas, perilaku
merokok. DM ditandai dengan adanya peningkatan kadar gula darah atau hiperglisemia
yang terus menerus dan bervariasi terutama setelah makan. DM merupakan gangguan
metabolisme kronis yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah sebagai
akibat insufiensi fungsi insulin. Hal tersebut dapat disebabkan oleh gangguan
difisiensi produksi insulin oleh sel beta langerhans kelenjar pankreas dengan
kriteria >110 mg/dL (Sunaryati, 2011). Manifestasi DM yaitu terjadinya
hiperglikemia berat yang melebihi ambang ginjal sehingga menyebabkan
glikosuria. Glikosuria mengakibatkan diuresis osmotik yang meningkatkan
poliuri, polidipsia dan polifagia. Gejala klinis DM yaitu poliuria, polidipsia
dan polifagia. Klasifikasi DM terbagi menjadi 2 yaitu tipe 1 Diabetes Mellitus
Tergantung insulin atau Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) dan diabetes
tipe 2 Diabetes Mellitus Tidak tergantung Insulin atau Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus
(NIDDM) (Russel, 2011).
DM tipe 1 maupun tipe 2 banyak
menyerang semua golongan umur dan jenis kelamin. Dewasa ini DM banyak menyerang
usia anak sekolah dan remaja. Hal ini disebabkan oleh gaya hidup yang tidak
sehat sehat. Faktor risiko DM yang menyerang remaja antara lain pola makan
cepat saji, kurangnya aktivitas fisik, obesitas, mengkonsumsi makanan
berkolesterol tinggi, minum sofdrink. Pengaruh globalisasi menyebabkan gaya
hidup pada remaja mengikuti gaya hidup orang Barat seperti makan fried
chicken, mie instans, makanan berpengawet, berpewarna. Gaya hidup yang
tidak sehat yaitu pola makan yang tidak sehat, kurang aktivitas mengakibatkan
obesitas karena sering mengkonsumsi makanan berkolesterol tinggi mengakibatkan
metabolisme dalam tubuh tidak sempurna sehingga menyebabkan fungsi insulin
tidak berfungsi dengan baik. Beberapa penelitian menyatakan adanya hubungan
antara aktivitas fisik dengan kejadian DM pada remaja. Aktivitas fisik dapat
mencegah terjadinya DM pada remaja. Menurut Gibney (2009) aktivitas fisik
langsung memperbaiki sensitivitas otot-otot terhadap insulin, sehingga gula
darah mudah ditimbun dalam otot daripada dibiarkan meningkat dalam peredaran
darah.Peningkatan aktivitas fisik dalam intensitas sedang dan memberi hasil
dalam program pencegahan dan pengobatan DM. Remaja pada laki-laki umumnya
memiliki kebiasaan merokok karena menganggap apabila tidak merokok tidak merasa
jantan, tidak gaul dan sebagainya. Penelitian menyatakan bahwa merokok
berhubungan dengan kejadian DM. Remaja yang memiliki kebiasaan merokok semakin
lama akan terpapar nikotin yang terkandung dalam rokok. Berdasarkan penelitian
Bergman secara in vitro, saat tubuh menerima paparan nikotin, maka nikotin
tersebut akan berikatan dengan reseptor nicotinic acetylcholine pada
otot kerangka dan otot pada jaringan (Bergman, et al, 2012). Hal ini
mengakibatkan terjadinya ikatan antara nikotin dengan reseptor nicotinic
acetylcholin menyebabkan peningkatan aktivasi mTOR dan terjadi IRS-
1 Ser636 Posphorylation yang menyebabkan terjadinya resistensi insulin pada
perokok (Bajaj, 2012).
LINDUNGI ANAK DARI KEKERASAN EMOSIONAL
LINDUNGI ANAK DARI KEKERASAN EMOSIONAL
Oleh :
Santi Susanti, S.SiT, M.Kes
Dosen Tetap Program Studi DIII Kebidanan
STIKes Respati Tasikmalaya
Anak merupakan asset bangsa
sekaligus amanah yang kelak
akan memelihara, mempertahankan, serta mengembangkan kekayaan dan perjuangan
bangsa. Oleh karena itu anak harus sehat, baik secara jasmani maupun rohani agar
terjamin tumbuh kembang mereka sesuai dengan hak-haknya. Setiap anak
pada hakikatnya membutuhkan perawatan, perlindungan, pengajaran, dan kasih sayang
oleh orang-orang dewasa khususnya orang tua, agar menjamin kebutuhan fisik,
mental, sosial dan spiritual mereka. Orang tua memperoleh tangung
jawab pertama dan utama yang berkewajiban memenuhi hak dan kebutuhan
anak mereka. Semua anak memiliki hak untuk
dilindungi dari kekerasan, eksploitasi dan pelecehan
sesuai dengan Undang-Undang nomor 23 tahun 2002 pasal 13 yang berbunyi: “Setiap
anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali, atau pihak lain mana pun bertanggung jawab atas
pengasuhan, berhak mendapat perlindungan dari perlakuan
: diskriminasi, eksploitasi baik ekonomi maupun seksual,
penelantaran, kekejaman, kekerasan, dan penganiayaan.
Kekerasan pada anak menurut Undang-Undang
nomor 35 tahun 2014 adalah setiap perbuatan pada anak yang berakibat timbulnya
kesengsaraan, atau penderitaan secara fisik, psikis, seksual, dan atau
penelantaran termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau
perampasan kemerdekaan dengan cara melawan hukum. Kekerasan emosional atau
psikhologis merupakan salah satu jenis kekerasan yang sering tidak disadari
oleh sebagian besar orang tua. Kekerasan anak secara psikis
meliputi penghardikan, penyampaian kata-kata kasar dan kotor, memperlihatkan
buku, gambar, dan film porno kepada anak. Anak yang mendapatkan kekerasan
psikis umumnya menunjukkan gejala 7 perilaku maladaptif, seperti menarik diri,
pemalu, menangis jika didekati, takut keluar rumah dan takut bertemu dengan
orang lain
Hasil survey sosial ekonomi
nasional modul ketahanan social (Hansos) 2014 persentase jenis perilaku
kekerasan dalam mendidik anak umur 1 – 14 tahun adalah 21,48 %. 41, 86%
dilakukan dengan membentak/menakuti. Dampak kekerasan pada naka perempuan 13,2%
merokok, 13% terpikirbunuh diri, 12% mabuk, 11% terpikir bunuh diri, 6,09 %
menggunakan narkoba. Sementara pada anak laki-laki 46,6% merokok, 25,8% mabuk,
dan 27,6 % perilaku destruktif lainnya. Tindakan
kekerasan sering kali diterima oleh anak, tanpa sedikitpun anak dapat memberla
diri. Pelaku kekerasan kepada anak biasanya adalah keluarga, tetangga dan
teman. Banyak sekali pelaku kekerasan pada anak adalah orang tua, sehingga
sering sekalu tidak terjangkau hukum karena orang tu beranggapan bahwa ia
adalah pihak yang paling berhak terhadap anak.
Dampak kekerasan pada anak akan menyebabkan perilaku
anak menarik diri, ketakutan, menunjukkan perilaku agresif, emosi yang labil,
menunjukkan gejalan depresi, kecemasan, adanya gangguan tidur, phobia, ketika
dewasa bisa sebagai pelaku abuse, menjadi bersifat keras, gangguan trauma,
dapat terlibat dalam penggunaan zat adiptif. Dampak lainnya adalah menutup
nutupi luka yang ada pada mereka, bungkam dan merahasiakan pelakunya, mengalami
keterlambatan dalam perkembangannya, mengalami kesulitan dalam bergaul dengan
teman-temannya, mungkin menunjukkan gejala menyakiti diri sendiri atau bunuh
diri.
Strategi pencegahan dan penanganan kekerasan pada
anak dapat dilakukan dengan (1) dukungan
pada setiap orang tua dengan penguatan keterampilan asuhan pada anak, (2) Mengajarkan
anak berfikir kritis, bertindak asertif, berani menolak, dan mengeluarkan
pendapat secara koopertif sehingga mereka dapat melindungi dirinya sendiri dari
tindak kekerasan yang terjadi di lingkungaannya, (3) mengubah pola pikir
masyarakat yang menganggaap kekeraan adalah bentuk dari disiplin sehingga dapat
membedakan norma yang sesuai dan yang membahayakan bagi anak, (4) Menyediakan
layanan bagi anak seperti layanan pengaduan ketika megalami tindak kekerasan,
memberikan informasi dan memberikan bantuan untuk mendapatkan pemulihan dan
tindakan yang tepat, (5) Kebijakan pemerintah.
Anak merupakan tunas bangsa yang memiliki potensi
dan generasi muda penerus cita-cita perjuangan bangsa. Anak memiliki peran
strategis, ciri dan sifat khusus. Peran strategis anak menunjukkan bahwa anak
merupakan generasi penerus bagi suatu bangsa. Sementara itu anak juga mempunyai
ciri dan sifat yang berbeda dengan orang dewasa. Dengan demiakian anak wajib
dilindungi dari segala bentuk perlakuan tidak manusiawi termasuk kekerasan. Perlu kesadaran bersama, bahwa tindak kekerasan
sudah merupakan kejahatan yang sangat luar
biasa yang dapat mengganggu tumbuh kembang anak di masa yang akan datang.
Pantangan Gizi VS Resiko ANEMIA Pada Ibu Nifas

Tupriliany Danefi, SST.,M.Kes
PANTANGAN GIZI VS RESIKO ANEMIA
PADA IBU NIFAS
Anemia Gizi merupakan masalah gizi
yang sering dialami oleh ibu nifas, karena pada masa nifas terjadi kehilangan
darah yang menyebabkan jumlah hemoglobin dalam tubuh menurun yang akhirnya
menyebabkan sel sel tubuh tidak cukup mendapatkan pasokan oksigen. Menurut (WHO)
tingginya prevalensi anemia pada masa nifas dapat menyebabkan terjadinya
kematian ibu bersalin atau nifas sebagai akibat komplikasi penanganannya.
Sekitar 50% dari kematian di negara-negara berkembang disebabkan baik secara
langsung maupun tidak langsung oleh anemia defisiensi besi. Pengaruh anemia
pada masa nifas adalah terjadinya subvolusi uteri yang dapat menimbulkan
perdarahan post partum, memudahkan infeksi puerperium, pengeluaran ASI
berkurang dan mudah terjadi infeksi payudara.
Selain disebabkan oleh perdarahan, anemia pada ibu
nifas juga bisa diperburuk dari asupan gizi yang kurang baik. Gizi yang kurang
bisa dikarenakan salah satunya dari ibu nifas yang melakukan pantang makan.
Perilaku pantang makan merupakan hasil budaya masyarakat yang mengalami
perubahan terus menerus dan akhirnya menghasilkan perilaku makan yang salah
sehingga menyebabkan masalah gizi. Seharusnya ibu nifas tidak memiliki
pantangan makan apapun, tetapi faktanya masih banyak ibu nifas yang melakukan
pantang makan, misalnya makan yang amis amis. Padahal dengan memakan makanan
yang amis amis, itu tandanya bahwa ibu mengkonsumsi protein. Protein merupakan
makronutrien yang berperan dalam transportasi dan penyimpanan zat besi. Tanpa protein yang cukup, maka ibu nifas akan mengalami
keterlambatan penyembuhan bahkan berpotensi terjadi infeksi bila daya tahan
tubuh kurang akibat pantang makanan bergizi. Protein juga diperlukan untuk
pembentukan ASI. Sebaiknya ibu nifas mengkonsumsi minimal telur, tahu, tempe
dan daging atau ikan. tetapi misal ibu nifas mengalami alergi terhadap protein
hewani, maka bisa diganti dengan protein nabati seperti kacang kacangan.
Pola makan
dengan menu seimbang sangat dianjurkan bagi ibu nifas yang sesuai dengan
kebutuhan seperti karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, serat dan air,
tetapi bagi ibu nifas juga sebaiknya memperhatikan jenis makanan yang harus
dihindari diantaranya yaitu makanan yang mengandung zat aditif atau bahan
pengawet, makanan yang berkalori tinggi, daging atau makanan yang tidak diolah
dengan sempurna serta makanan yang merangsang seperti makanan pedas.
Bank sampah (2013)
Bank sampah
OLEH :
HM Ade Yasin, M.Kes
Dosen Tetap Kesehatan Masyarakat
Bank sampah adalah suatu tempat yang di gunakan untuk mengumpulkan sampah yang sudah dipilah-pilah.Hasil dari pengumpulan sampah yang sudah dipilah akan disetorkan ke tempat pembuatan kerajinan dari sampah atau ke tempat pengepulsampah.
Bank sampah dikelola menggunakan sistem seperti perbankkan yang dilakukan oleh petugas sukarelawan. Penyetor adalah warga yang tinggal di sekitar lokasi bank serta mendapat buku tabungan seperti menabung di bank.
Bank sampah berdiri karena adanya keprihatinan masyarakat akan lingkungan hidup yang semakin lama semakin dipenuhi dengan sampah baik organik maupun anorganik.Sampah yang semakin banyak tentu akan menimbulkan banyak masalah, sehingga memerlukan pengolahan seperti membuat sampah menjadi bahan yang berguna.Pengelolaan sampah dengan sistem bank sampah ini diharapkan mampu membantuk pemerintah dalam menangani sampah dan meningkatkan ekomoni masyarakat.
Tujuan bank sampah selanjutnya adalah untuk menyadarkan masyarakat akan lingkungan yang sehat, rapi, dan bersih. Bank sampah juga didirikan untuk mengubah sampah menjadi sesuatu yang lebih berguna dalam masyarakat, misalnya untuk kerajinan dan pupuk yang memiliki nilai ekonomis.
Bank sampah memiliki beberapa manfaat bagi manusia dan lingkungan hidup, seperti membuat lingkungan lebih bersih, menyadarkan masyarakat akan pentingnya kebersihan, dan membuat sampah menjadi barang ekonomis.
Manfaat bank sampah untuk masyarakat adalah dapat menambah penghasilan masyarakat karena saat mereka menukarkan sampah mereka akan mendapatkan imbalan berupa uang yang dikumpulkan dalam rekening yang mereka miliki. Masyarakat dapat sewaktu-waktu mengambil uang pada tabungannya saat tabungannya sudah terkumpul banyak. Imbalan yang diberikan kepada penabung tidak hanya berupa uang, tetapi ada pula yang berupa bahan makanan pokok seperti gula, sabun, minyak dan beras.
Kebijakan Kesehatan Reproduksi Remaja (2013)
Kebijakan Kesehatan Reproduksi Remaja
OLEH :
Dadan Yogaswara, S.KM,M.KM
1. Pemerintah dan masyarakat termasuk remaja wajib menciptakan lingkungan yang kondusif agar remaja dapat berprilaku hidup sehat untuk menjamin kesehatan reproduksinya.
2. Setiap remaja mempunyai hak yang sama dalam memperoleh pelayanan kesehatan reproduksi remaja yang berkualitas termasuk pelayanan informasi dengan memperhatikan keadilan dan kesetaraan gender.
3. Upaya kesehatan reproduksi remaja harus memberikan manfaat yang sebesar-besarnya untuk mendukung peningkatan derajat kesehatan remaja dengan disertai upaya pendidikan kesehatan reproduksi yang seimbang.
4. Upaya pendidikan kesehatan reproduksi remaja dilaksanakan melalui jalur pendidikan formal maupun nonformal, dengan memberdayakan para tenaga pendidik dan pengelola pendidikan pada sistem pendidikan yang ada.
5. Upaya kesehatan remaja harus dilaksanakan secara terkoordinasi dan berkesinambungan melalui prinsip kemitraan dengan pihak-pihak terkait serta harus mampu membangkitkan dan mendorong keterlibatan dan kemandirian remaja.
- Strategi Kesehatan Reproduksi Remaja
1. Pembinaan kesehatan reproduksi remaja disesuaikan dengan kebutuhan proses tumbuh kembang remaja dengan menekankan pada upaya promotif dan preventif yaitu penundaan usia perkawinan muda dan pencegahan seks pranikah.
2. Pelaksanaan pembinaan kesehatan reproduksi remaja dilakukan terpadu lintas program dan lintas sektor dengan melibatkan sektor swasta serta LSM, yang disesuaikan dengan peran dan kompetensi masing-masing sektor sebagaimana yang telah dirumuskan di dalam Pokja Nasional Komisi Kesehatan Reproduksi.
3. Pembinaan kesehatan reproduksiremaja dilakukan melalui pola intervensi di sekolah mencakup sekolah formal dan non formal dan di luar sekolah dengan memakai pendekatan “pendidik sebaya” atau peer conseloR.
4. Pemberian pelayanan kesehatan reproduksi remaja melalui penerapan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) atau pendekatan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Integratif di tingkat pelayanan dasar yang bercirikan “peduli remaja” dengan melibatkan remaja dalam kegiatan secara penuh.
5. Pelaksanaan pendidikan kesehatan reproduksi remaja melalui integrasi materi KRR ke dalam mata pelajaran yang relevan dan mengembangkan kegiatan ekstrakurikuler seperti : bimbingan dan konseling, Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat (PKHS) dan Usaha Kesehatan Sekolah.
6. Pelaksanaan pelayanan kesehatan reproduksi remaja bagi remaja di luar sekolah dapat diterapkan melalui berbagai kelompok remaja yang ada di masyarakat seperti karang taruna, Saka Bhakti Husada (SBH), kelompok anak jalanan di rumah singgah, kelompok remaja mesjid/gereja, kelompok Bina Keluarga Remaja.
- Kebijakan Depkes dalam Kesehatan Reproduksi Remaja
Adapun kebijakan Departemen Kesehatan dalam KRR adalah sebagai berikut :
1. Pembinaan KRR meliputi remaja awal, remaja tengah, remaja akhir.
2. Pembinaan KRR dilaksanakan terpadu lintas program dan lintas sektoral.
3. Pembinaan KRR dilaksanakan melalui jaringan pelayanan upaya kesehatan dasar dan rujukannya.
4. Pembinaan KRR dilakukan pada 4 daerah tangkapan, yaitu rumah, sekolah, masyarakat, dan semua pelayanan kesehatan.
5. Peningkatan peran serta orang tua, unsur potensial keluarga, serta remaja sendiri.
Kenali Tanda Anemia Pada Remaja (2013)
Kenali Tanda Anemia Pada Remaja
OLEH :
Haryani S, S.KM,M.KM

Gejala Penyakit Anemia – Ciri kekurangan darah atau yang biasa disebut dengan anemia memiliki beberapa gejala yang nampak pada seseorang. Anemia adalah penyakit dimana seseorang kekurangan darah terutama zat yang dikenal dengan istilah hemoglobin. Penyebabnya tentu saja dari berbagai faktor termasuk stress dan juga faktor genetik atau bisa juga dari gangguan-gangguan atau faktor lainnya. Ketika muncul gejala-gejala tertentu pada tubuh seseorang tentu saja harus segera mengidentifikasi gejala penyakit anemia yang timbul tersebut dengan teliti untuk meminimalisir hal-hal yang tidak diinginkan terjadi pada waktu-waktu tertentu.
Beberapa tanda seorang mengalami anemia sering juga dikaitkan dengan beberapa penyakit yang dianggap serius seperti penyakit kuningan, HIV/Aids dan juga kanker. Dibawah ini seperti yang diterbitkan oleh Boldsky beberapa ciri penyakit anemia yang perlu diwaspadai :
1. Pucat pada bagian dalam kelopak mata
Penderita anemia biasanya memiliki salahsatu ciri yang timbul yaitu pada bagian daerah mata. Bisa dilihat dengan cara meregangkan bagian bawah pada kelopak mata kemudian dilihat dengan seksama jika bagian bawah berwarna pucat maka bisa saja itu merupakan salah satu ciri gejala anemia.
2. Merasa Cepat Lelah
Jika seseorang memiliki jumlah sel darah merah yang rendah biasanya akan cepat merasakan lelah ini diakbiatkan oksidasi dalam tubuh berkurang jika sel darah merah pada tubuh berkurang. Oksidasi ini berpengaruh pada energi tubuh yang dihasilkan dan digunakan untuk beraktivitas.
3. Merasakan sakit kepala
Salah satu yang sering terjadi pada penderita anemia adalah sering merasakan sakit kepala secara terus-menerus, ini disebabkan kurangnya oksigen yang diakibatkan oleh kurangnya sel darah merah pada tubuh penderita. Sehingga penderita akan sering merasakan sakit pada bagian kepala seperti pusing-pusing.
4. Mengalami Palpitasi
Pada penderita anemia mengalami ciri lainnya yaitu palpitasi. Palpitasi adalah sebuah istilah dalam medis yaitu gejala denyut jantung yang tidak teratur, memiliki kecepatan yang tidak normal dan terlalu kuat. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya penderita anemia mengalami kekurangan oksigen dalam tubuh, yang berakibat pada peningkatan denyut jantung dan menyebabkan denyut jantung berdebar tidak teratur dan juga cepat.
5. Ujung jari berwarna pucat dan putih ketika ditekan.
Ciri penyakit anemia lainnya adalah dengan melakukan tes sederhana menekan ujung jari. Jika pada orang normal ketika ujung jari ditekan akan memerah, berbeda halnya dengan seseorang yang menderita anemia. Penderita anemia ketika ujung jarinya ditekan maka akan berubah menjadi putih dan pucat.
6. Sesak Napas
Selain beberapa ciri diatas ada gejala lain yang menunjukan seseorang menderita penyakit anemia yaitu sesak napas. Karena kurangnya pasokan oksigen dalam tubuh yang diakibatkan kurangnya sel darah merah menyebabkan penderita anemia ketika dalam melakukan aktivitas sehari-hari akan sering merasakan sesak napas. Tentu perlu diwaspadai.
7. Merasakan Mual
Pada penderita anemia ada gejala dimana penderita merasakan mual jika penderita anemia bangun tidur atau gejala ini disebut juga dengan morning sickness.
8. Kekebalan tubuh yang menurun
Gejala anemia lainnya adalah menurunnya kekebalan tubuh yang diakibatkan oleh kurangnya asupan energi. Penderita biasanya akan mudah sakit dan juga merasakan lelah yang diakibatkan menurunnya kekebalan pada tubuh.
9. Rambut Rontok
Gejala selanjutnya pada penderita anemia adalah mengalami penipisan rambut, ini dikarenakan kulit kepala mengalami kekurangan pasokan makanan untuk kulit kepala sehingga akan terjadi penipisan rambut.
10. Pucat
Langganan:
Postingan
(
Atom
)