Kenali
Risiko Diabetes Millitus pada Usia Remaja

Oleh
:
Wuri
Ratna Hidayani, S.KM., M.Sc
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memprediksikan kenaikan jumlah
penyandang diabetes di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar
21,3 juta pada tahun 2030. Laporan statistik dari Internasional Diabetic
Federation (IDF) menyebutkan ada sekitar 230 juta penderita diabetes. Angka
tersebut terus bertambah hingga 3% atau sekitar 7 juta orang setiap tahunnya. penderita
diabetes mellitus usia 20-79 tahun pada tahun 2010 di Indonesia berjumlah 7,0
milyar. Jumlah penderita diabetes diperkirakan akan mencapai 350 juta pada
tahun 2025. Setengah dari angka tersebut berada di Asia, terutama India, China,
Pakistan dan Indonesia (Syafey, 2012). Remaja merupakan investasi penerus
pembangunan bangsa sehingga perlu mengenal risiko diabetes melitus seperti pola
gaya hidup yang tidak sehat, kurang aktivitas fisik, obesitas, perilaku
merokok. DM ditandai dengan adanya peningkatan kadar gula darah atau hiperglisemia
yang terus menerus dan bervariasi terutama setelah makan. DM merupakan gangguan
metabolisme kronis yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah sebagai
akibat insufiensi fungsi insulin. Hal tersebut dapat disebabkan oleh gangguan
difisiensi produksi insulin oleh sel beta langerhans kelenjar pankreas dengan
kriteria >110 mg/dL (Sunaryati, 2011). Manifestasi DM yaitu terjadinya
hiperglikemia berat yang melebihi ambang ginjal sehingga menyebabkan
glikosuria. Glikosuria mengakibatkan diuresis osmotik yang meningkatkan
poliuri, polidipsia dan polifagia. Gejala klinis DM yaitu poliuria, polidipsia
dan polifagia. Klasifikasi DM terbagi menjadi 2 yaitu tipe 1 Diabetes Mellitus
Tergantung insulin atau Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM) dan diabetes
tipe 2 Diabetes Mellitus Tidak tergantung Insulin atau Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus
(NIDDM) (Russel, 2011).
DM tipe 1 maupun tipe 2 banyak
menyerang semua golongan umur dan jenis kelamin. Dewasa ini DM banyak menyerang
usia anak sekolah dan remaja. Hal ini disebabkan oleh gaya hidup yang tidak
sehat sehat. Faktor risiko DM yang menyerang remaja antara lain pola makan
cepat saji, kurangnya aktivitas fisik, obesitas, mengkonsumsi makanan
berkolesterol tinggi, minum sofdrink. Pengaruh globalisasi menyebabkan gaya
hidup pada remaja mengikuti gaya hidup orang Barat seperti makan fried
chicken, mie instans, makanan berpengawet, berpewarna. Gaya hidup yang
tidak sehat yaitu pola makan yang tidak sehat, kurang aktivitas mengakibatkan
obesitas karena sering mengkonsumsi makanan berkolesterol tinggi mengakibatkan
metabolisme dalam tubuh tidak sempurna sehingga menyebabkan fungsi insulin
tidak berfungsi dengan baik. Beberapa penelitian menyatakan adanya hubungan
antara aktivitas fisik dengan kejadian DM pada remaja. Aktivitas fisik dapat
mencegah terjadinya DM pada remaja. Menurut Gibney (2009) aktivitas fisik
langsung memperbaiki sensitivitas otot-otot terhadap insulin, sehingga gula
darah mudah ditimbun dalam otot daripada dibiarkan meningkat dalam peredaran
darah.Peningkatan aktivitas fisik dalam intensitas sedang dan memberi hasil
dalam program pencegahan dan pengobatan DM. Remaja pada laki-laki umumnya
memiliki kebiasaan merokok karena menganggap apabila tidak merokok tidak merasa
jantan, tidak gaul dan sebagainya. Penelitian menyatakan bahwa merokok
berhubungan dengan kejadian DM. Remaja yang memiliki kebiasaan merokok semakin
lama akan terpapar nikotin yang terkandung dalam rokok. Berdasarkan penelitian
Bergman secara in vitro, saat tubuh menerima paparan nikotin, maka nikotin
tersebut akan berikatan dengan reseptor nicotinic acetylcholine pada
otot kerangka dan otot pada jaringan (Bergman, et al, 2012). Hal ini
mengakibatkan terjadinya ikatan antara nikotin dengan reseptor nicotinic
acetylcholin menyebabkan peningkatan aktivasi mTOR dan terjadi IRS-
1 Ser636 Posphorylation yang menyebabkan terjadinya resistensi insulin pada
perokok (Bajaj, 2012).
Tidak ada komentar :
Posting Komentar